Hari ini, 31 Januari 2013 tepat 2
minggu pasca Ibu menjalankan proses kemoterapi pertama di RSHS Bandung. Banyak
memang perubahan akibat kemoterapi tersebut. Daya tahan tubuh Ibu menjadi
begitu lemah. Terlalu lemah kalo aku
anggap ini lemah, namun aku sebut ini daya tahan tubuh yang begitu mudah naik
dan turun. Dokter bilang, akan banyak efek samping yang timbul sesudah
kemoterapi. “Rambut akan rontok, indra perasa lidah akan hilang, daya tahan
tubuh menurun, demam, mual-mual dan merosotnya nafsu makan”.
Pada hari pertama setelah kemo
kemarin, ibu sudah langsung mengalami mual-mual sehingga asupan gizi yang masuk
amat sangat kurang, ibu menjadi sangat layu. Sekian hari kemudian, justru indra
perasa dan penciuman ibu begitu tajam. Masakan apapun yang aku buat untuk ibu,
ibu bilang semuanya terlalu. Terlalu asin, terlalu manis dan terlalu tajam.
Dan hari ini, dan sekarang, dan dari
kemarin, dan tadi pagi, dan tadi siang rambut ibu udah mulai rontok. Rontok
begitu hebat. Pada hari pertama kerontokan, bapak aku sendiri yang
membersihkannya ketika bangun tidur karena rambut yang rontok tersebut sudah
memenuhi bantal. Hari berikutnya, saat aku membereskan tempat tidur ibuku, aku
melihatnya sendiri kerontokan tersebut di atas bantal ibu tidur.
Hari
ini, aku menemani Ibu seharian, hari ini ibu sariawan bukan sariawan biasa dan
ini merupakan dari salah satu efek kemo.
Ibu susah untuk makan, karena apapun yang di telan katanya sakit. Apapun
alasannya, aku berharap ibu harus sadar kalau dia harus makan! Harus meskipun
sedikit-sedikit. Badannya memang agak anget seperti demam. Dan pada saat siang
tadi, ibu minta aku untuk menyisir rambutnya. Jangankan untuk menyisir, topi
jaket yang ibu kenakan begitu banyak rambut. Rambut yang rontok akibat
kemoterapi. Lebih sedihnya lagi, saat sisir itu aku pergunakan ke rambut ibu,
sekali sisiran menghasilkan banyak sekali helai rambut yang rontok. Dan aku
takut ketika itu. Hal haru yang biasanya aku saksikan di layar kaca (re:SKUT),
dan sekarang aku berhadapan lagsung dengan tokoh utamanya.
Dari hal yang belum lama menimpa
keluarga kami ini, aku mendapat begitu banyak pelajaran. Kesabaran yang luar
biasa ibuku, I’tikad yang begitu kuat, do’a yang selalu terucap dari dan untuk
orang-orang tersayang.
Semenjak
saat itu, aku belajar menjadi Ibu Rumah
Tangga yang sesungguhnya. Segala pekerjaan rumah. Dan bagaimana tentang
memasak? And it’s a truelly about cooking, isn’t just bout ordering some for
eating, but have a deadline’s time is.
Semenjak
saat itu, aku sebagai anak pertama belajar utuk dewasa. Belajar, belajar dan
belajar. Karena yang aku tau, dewasa itu prihatin.
Semenjak
saat itu, aku menjadi sedikit lebih akrab dengan adik-adikku. Kami semua aku
yakin memiliki fikiran yang sama, ingin melihat ibu bahagia ketika melihat kami
runtut.
Semenjak
saat itu, aku melihat seseorang dengan sabar yang luar biasa.
Semenjak
saat itu, aku pengen dan selalu pengen memberikan yang terbaik untuk
orangtuaku.
Kata orang, penyakit seperti
ini adalah penyakit yang harus memiliki semangat yang kuat untuk sembuh,
dorongan yang kuat dari orang-orang dekat dan dari diri sendiri. Penyakit ang
harus memiliki rasa optimis yang begitu besar untuk sembuh. Dan aku yakin, Ibu
pasti memiliki itu semua, ibu memiliki semangat yang luar biasa. Ya, ibu
memiliki semangat dan kesabaran yang luar biasa sampai pada waktunya untuk
disembuhkan oleh Allah!
Dari
hal yang kami alami ini, banyak hikmah yang didapat.
Semoga
Allah tetap menjaga Ibu dan menyembuhkannya atas ikhtiar & do’a yang sedang
dan selalu kami lakukan. Aamiin.
Love
you so much, Bu………..